PENDAHULUAN
Pendidikan
sampai saat ini masih dipercaya sebagai suatu media yang ampuh dalam membangun
kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik, oleh karena
itu, pendidikan secara berkesinambungan terus dibangun dan dikembangkan agar
dari suatu proses pelaksanaan pembelajaran dapat menghasilkan generasi-generasi
emas, generasi-generasi yang unggul dan dapat diharapkan untuk membawa bangsa
Indonesia kearah yang lebih baik.
Pendidikan
juga merupakan suatu proses internalisasi budaya baik pada diri sendiri ataupun
pada masyarakat sehingga mampu membuat diri pribadi dengan masyarakat sekitar
menjadi lebih beradab. Selaras dengan pemikiran Muslich (2011:69) bahwa
pendidikan bukan hanya sarana untuk transfer ilmu pengetahuan saja melainkan
lebih luas lagi yaitu, sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai
(enkulturasasi dan sosialisasi).
Dalam Pasal 65 poin keempat Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
disebutkan bahwa setiap orang berhak dan berperan dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Dalam hal ini institusi
pendidikan juga diharapkan mampu untuk turut serta mengambil peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup tersebut.
Menurut Widaningsih (2010) secara formal
pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang rasional untuk
memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum. Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah
satu faktor penting dalam keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup dan juga
menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan, menurut konvensi UNESCO
di Tbilisi (1997).
Pengetahuan, nilai sikap, perilaku dan
wawasan mengenai lingkungan hidup perlu diberikan sejak dini kepada seluruh
lapisan masyarakat dan peserta didik pada semua jalur dan jenjang pendidikan
melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya
mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai dan isu lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan yang akan datang.
Berbicara
mengenai pendidikan sangat menarik sekali jika membahas mengenai Pendidikan
lingkungan yang diterapkan pada sekolah melalui program Adiwiyata yang di
dalamnya mencangkup kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, kegiatan yang
melibatkan semua warga sekolah untuk ikut serta dalam pengelolahan lingkungan.
Dengan adanya kegiatan lingkungan berbasis partisipatif sekolah mampu
mengimplementasikan nilai karakter dalam berjalannya kegiatan.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Negara
Lingkungan Hidup pada tahun 2006 mencanangkan Program ADIWIYATA sebagai tindak
lanjut dari MoU pada tanggal 3 Juni 2005 antara Menteri Negara Lingkungan Hidup
dan Menteri Pendidikan Nasional. Program
Adiwiyata sendiri mulai dilaksanakan pada tahun 2006 dan dikhususkan untuk
Pulau Jawa, karena Kementerian Lingkungan Hidup masih mencari model untuk
kriterianya. Tetapi sejak tahun 2007
program ini kemudian dilaksanakan menyeluruh ke tiap provinsi yang ada di
Indonesia (KLH, 2010).
Sementara itu di Kabupaten Ponorogo, Jawa
Timur beberapa sekolah menengah atas telah mengimplementasikan pendidikan
karakter melalui beberapa pendekatan termasuk pendekatan dalam bentuk program
adiwiyata sekolah, salah satunya SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo yang
mengimplementasikan pendidikan karakter melalui program adiwiyata sekolah.
SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo merupakan
Sekolah Standar Nasional (SSN) dengan status terakreditasi A yang konsisten
dalam menginternalisasikan nilai-nilai karakter kedalam pembelajaran disekolah
dan berkomitmen mengimplementasikan pendidikan karakter melalui berbagai
program, salah satunya melalui pendidikan lingkungan hidup atau adiwiyata. SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo juga merupakan salah satu sekolah menengah atas di
Kabupaten Ponorogo yang memiliki fasilitas sarana prasarana yang baik serta
memadai dan memiliki prestasi ditingkat kabupaten maupun nasional.
Berdasarkan
uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian tentang “Implementasi
Pendidikan Karakter Melalui Adiwiyata Sekolah” yang dilakukan SMA Muhammadiyah
1 Ponorogo pada Tahun 2014 dalam rangka membentuk siswa
yang berkarakter dan berbudaya lingkungan.
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan desain/pendekatan fenomenologi. Pendekatan
fenomenologi adalah studi yang digunakan dengan tujuan untuk mencari esensi
makna dari suatu fenomena yang dialami oleh beberapa individu (Creswell, 2013).
Dalam hal ini penulis mendeskripsikan sebuah fenomena dalam bentuk nilai-nilai
karakter yang kaitannya dengan diimplementasikannya pendidikan karakter melalui
program adiwiyata yang dilakukan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun 2014.
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah semua
hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan informan yang terpilih melalui
kegiatan tatap muka langsung, sedangkan sumber lainnya berupa buku yang relevan
dengan kajian yang diteliti dan foto yang digunakan sebagai data tambahan
sebagai penguat data utama. Langkah-langkah pengumpulan data diperoleh melalui
teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik pengumpulan data. Prosedur analisis data meliputi
tahap pengorganisasian data, mengembangkan kategori-kategori, tema-tema dan
pola-pola, dan menulis laporan. Tahap-tahap penelitian ini adalah serangkaian
kegiatan atau proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam upaya untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian.
HASIL PENELITIAN
Implementasi
pendidikan karakter yang dikembangkan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo melalui
program adiwiyata dilakukan melalui tahap-tahap pengembangan pendidikan karakter,
yaitu; (1). tahap memberikan pengetahuan (knowing)
pada peserta didik tentang adiwiyata dilakukan SMA Muhammadiyah 1 Ponorgo
melalui penyempurnaan visi misi sekolah, pembelajaran dikelas dengan
mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup kedalam setiap mata pelajaran;
(2). tahap pelaksanaan (acting)
terhadap peserta didik dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berbasis lingkungan
yang terdapat pada program adiwiyata seperti Green House, Kebun Pertanian Organik, Bank Sampah, dan Kantin
Sehat; (3). tahap menanamkan kebiasaan (habituasi)
terhadap peserta didik dilakukan sekolah melalui tanggung jawab yang diberikan
guru kepada peserta didik yang setiap minggunya secara bergantian sesuai jadwal
piket, peserta didik diwajibkan untuk terlibat dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam program adiwiyata tersebut seperti
perawatan dan pengelolaan green house, kebun
pertanian organik, dan pengelolaan bank sampah. Dalam tahap habituasi tesebut,
SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo membentuk nilai-nilai karakter yang dikembangkan
melalui program-program berbasis lingkungan.
Faktor pendukung
dalam mengimplementasikan pendidikan karakter melalui program adiwiyata adalah
adanya kesiapan dari seluruh stakeholder yang
ada. Selain itu, antusiasme warga sekolah khususnya guru dan peserta didik
dalam peran sertanya merealisasikan program-program yang telah dicanangkan
melalui tahap pengetahuan dan pelaksanaan. Sedangkan yang menjadi faktor
penghambat adalah keterbatasan waktu yang tersedia
menjadi faktor yang menghambat berjalannya program adiwiyata di SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian, implementasi
pendidikan karakter melalui program adiwiyata di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
dilakukan melalui tahap-tahap pengembangan pendidikan karakter, yang
diantaranya meliputi:
Tahap memberikan pengetahuan (knowing) pada peserta didik tentang
adiwiyata yang dilakukan melalui pengembangan dan/atau penyempurnaan visi misi
sekolah berbudaya lingkungan, dan melalui pembelajaran dikelas dengan
mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup kedalam setiap mata pelajaran;
Tahap pelaksanaan (acting) terhadap peserta didik dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
berbasis lingkungan yang terdapat pada program adiwiyata seperti Green House, Kebun Pertanian Organik, Bank
Sampah, dan Kantin Sehat;
Tahap menanamkan kebiasaan (habituasi) terhadap peserta didik
dilakukan sekolah melalui tanggung jawab yang diberikan guru kepada peserta
didik yang setiap minggunya secara bergantian sesuai jadwal piket, peserta
didik diwajibkan untuk terlibat dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
terdapat dalam program adiwiyata tersebut seperti perawatan dan pengelolaan green house, kebun pertanian organik,
dan pengelolaan bank sampah.
Implementasi pendidikan karakter melalui program
adiwiyata di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, yang dilakukan melalui tahap-tahap
pengembangan pendidikan karakter diatas telah sejalan dengan Kementerian Pendidikan Nasional (2010) tentang skema
pendidikan karakter disekolah yaitu dimana proses penciptaan situasi dan kondisi (persistence life situation) dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan pengembangan karakter dan didukung dengan adanya
kebijakan, pedoman, sumberdaya, lingkungan, sarana prasarana, kebersamaan serta
komitmen pemangku kekuasaan. Lebih lanjut, penddikan karakter yang dilakukan
SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo melalui program adiwiyata sekolah merupakan
pendidikan karakter yang dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit).
Selanjutnya nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo melalui program adiwiyata pada dasarnya merupakan
keberhasilan dari tahap-tahap pengembangan pendidikan karakter yang dilakukan
oleh sekolah, yaitu melalui tahap pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit).
Dalam hal ini, sekolah memulainya dengan tahap
pengetahuan yaitu dengan menyempurnakan visi misi berbudaya lingkungan dan
mengembangkan kurikulum dengan mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup
kedalam pembelajaran dikelas, kemudian tahap pelaksanaan dengan memberdayakan
program adiwiyata sebagai basis dalam membentuk nilai karakter yang kemudian
dilakukan sekolah secara konsisten dan berkesinambungan sehingga dapat melatih
peserta didik untuk terbiasa dalam
melakukan perbuatan moral (moral acting).
Nilai-nilai karakter yang dibentuk dan dikembangkan
melalui program adiwiyata di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo sejalan dengan yang
diamanahkan Kementerian Negara
Lingkungan Hidup (2011) bahwa Secara umum nilai-nilai karakter yang
tertanam dan ingin dikembangkan dalam berbagai kegiatan lingkungan hidup
melalui program adiwiyata antara lain: (a). religious;
(b). jujur; (c). disiplin; (d). peduli lingkungan; (e). cinta tanah air; (f).
kerja keras; (g). toleransi; (h). kreatif;
(i). rasa ingin tahu. Nilai-nilai yang ingin dikembangkan dalam
pendidikan karakter dan program adiwiyata sekolah sejalan dan telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan (KNLH, 2011).
Lebih lanjut, kegiatan yang terdapat dalam program
adiwiyata di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam rangka menanamkan nilai-nilai
karakter tersebut, telah sesuai dengan kemendiknas (2010) tentang konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural yang
tertera dalam kaitannya dengan olah rasa dan karsa (affective and creativity
development). Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling
keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya secara konseptual
merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai
Sedangkan faktor pendukung dalam implementasi
pendidikan karakter melalui program adiwiyata di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
adalah Adanya kesiapan dari seluruh stakeholder menjadi faktor utama yang
mendukung terselenggaranya pendidikan karakter melalui program adiwiyata.
Selain itu, antusiasme warga sekolah khususnya guru dan peserta didik dalam
peran sertanya merealisasikan program-program yang telah dicanangkan melalui
tahap pengetahuan, pelaksanaan sehingga dapat menjadi kebiasaan bagi seluruh
warga sekolah, merupakan indikator keberhasilan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
dalam memberdayakan program adiwiyata sebagai media untuk mengembangkan
pendidikan karakter disekolah. Sementara ketersediaan dana 20% yang dialokasikan
dari RAPBS untuk mengawal berlangsungnya program adiwiyata disekolah menjadi
salah satu faktor yang mendukung. Sebab tanpa adanya dukungan dana maka sekolah
tidak dapat merealisasikan program tersebut sesuai harapan dan tujuan.
Selanjutnya yang menjadi faktor penghambat dalam
implementasi pendidikan karakter melalui adiwiyata di SMA Muhammadiyah 1
Ponorogo adalah keterbatasan waktu tersebut sering
mengakibatkan komunikasi antara guru dan peserta didik dalam menjalankan
program adiwiyata tidak dapat berjalan secara maksimal.
Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa adanya faktor pendukung dalam merealisasikan
program adiwiyata sekolah menjadikan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dapat
mengimplementasikan pendidikan karakter melalui program adiwiyata sekolah
sesuai dengan visi misi sekolah yang berbudaya lingkungan. Dan sebaliknya
faktor penghambat memang sulit untuk dihindari, tetapi tetap dapat
diminimalisir dengan menjadikan faktor penghambat sebagai bahan evaluasi dalam
kaitannya merealisasikan program kerja yang telah direncanakan.
Lebih lanjut, faktor internal (Sumber Daya Manusia)
dan (Sumber Daya Alam), dan juga faktor eksternal (Lingkungan) memang dapat
menjadi faktor pendukung maupun penghambat dalam mengimplementasikan adiwiyata
sekolah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup dalam prinsip dasar implementasi adiwiyata sekolah dengan berbasis
partisipatif dan berkelanjutan (KNLH:2011) yaitu faktor internal (SDM) dan
(SDA) yang meliputi: Manajemen Kepala Sekolah, manajemen pengelola program
adiwiyata, keterlibatan peran guru dan peran siswa, pemanfaatan kondisi
lingkungan sekolah. Dan faktor eksternal meliputi peran komite sekolah,
masyarakat sekitar lingkungan sekolah, dan peran orang tua/wali siswa.
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang
Implementasi Pendidikan Karakter Melaui Adiwiyata Sekolah di SMA Muhammadiyah 1
Ponorogo Tahun 2014, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Implementasi
pendidikan karakter melalui adiwiyata sekolah yang dilakukan SMA Muhammadiyah 1
Ponorogo Tahun 2014 sesungguhnya dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan
karena dilakukan melalui tahap-tahap pengembangan pendidikan karakter yang
telah dicanangkan kementerian pendidikan nasional (2010), yaitu melalui tahap
pengetahuan, tahap pelaksanaan, dan tahap habituasi. Dalam hal ini sekolah
telah melakukan penyempurnaan visi misi
sekolah berbudaya lingkungan, mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup
dengan pembelajaran dikelas, dan membentuk program kerja berbasis partisipatif
sehingga menjadi kebiasaan bagi peserta didik.
2. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan
oleh SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo melalui program adiwiyata pada dasarnya
merupakan keberhasilan dari tahap-tahap pengembangan pendidikan karakter yang
dilakukan oleh sekolah, yaitu melalui tahap
pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Dalam hal ini sekolah melakukan tahap
pelaksanaan dengan memberdayakan program adiwiyata sebagai basis dalam
membentuk nilai karakter yang kemudian dilakukan sekolah secara konsisten dan
berkesinambungan sehingga dapat melatih peserta
didik untuk terbiasa dalam melakukan perbuatan moral (moral acting). Lebih lanjut, nilai-nilai
karakter yang dikembangkan melalui program adiwiyata di SMA Muhammadiyah 1
Ponorogo sejalan dengan yang diamanahkan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup dan Grand Design yang
ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Terselenggaranya implementasi pendidikan
karakter melalui adiwiyata sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun 2014
tidak lepas dari adanya faktor pendukung yaitu dengan
adanya kesiapan dari
seluruh stakeholder menjadi faktor
utama yang mendukung terselenggaranya pendidikan karakter melalui program
adiwiyata. Selain itu, antusiasme warga sekolah khususnya guru dan peserta
didik dalam peran sertanya merealisasikan program-program yang telah
dicanangkan melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan sehingga dapat menjadi
kebiasaan bagi seluruh warga sekolah, merupakan indikator keberhasilan SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam memberdayakan program adiwiyata sebagai media
untuk mengembangkan pendidikan karakter disekolah. Selain faktor pendukung, SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo juga mendapati faktor yang menjadi penghambat yaitu keterbatasan waktu yang
tersedia. Keterbatasan waktu tersebut sering mengakibatkan komunikasi antara
guru dan peserta didik dalam menjalankan program adiwiyata tidak dapat berjalan
secara maksimal.
DAFTAR
RUJUKAN
Aqib,
Zainal. 2012. Pendidikan Karakter di
Sekolah. Bandung: Yrama Widya
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2011. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian Pendidikan
Nasional. 2010. Buku Induk Pembangunan
Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Kementerian Pendidikan
Nasional. 2010. Desain Induk Pendidikan
Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Wibisono, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun
Karakter Bangsa Berkepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, L. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arjuna.,
Salmonsius. 2011.Sekolahku Hijau dan
Bersih. Jakarta: PT. Bumi Aksara..
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peran
Utama Kepala Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Kementerian
Negara Lingkungan Hidup. 2011. Panduan Materi Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta: KNLH.
Kementerian
Negara Lingkungan Hidup & Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Panduan
Adiwiyata. Jakarta: KNLH.
John
W. Creswell. 2013. Qualitative Inquiry
And Research Design: Choosing Among
Five Appoaches. London: SAGE Publications.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong.,
Lexi J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Denzin
K. Norman & Lincoln S. Yvonna. 2000. Handbook
of Qualitative Research. California: Teller Road Thousand Oaks.
Soeriatmadja.
R.E. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung:
ITB.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tbilisi 1997. http://eprints.undip.ac.id/31463/1/bab1.pdf.online (diakses tanggal 11 November 2014).
Widaningsih. 2010. http://eprints.undip.ac.id/31463/1/bab1.pdf.online
(diakses tanggal 11 November
2014).